Berbicaralah jemari tangan ini dengan sesamanya:
Wahai anakku, kata ibu jari (jari jempol) kepada anaknya (jari
tengah), jadilah engkau seorang hakim yang amanah walau kakakmu (jari telunjuk) salah, tegurlah ia, kalau
perlu hukum dia sesuai dengan perbuatannya, makanya engkau lebih tinggi (bijaksana) dari ketiga
saudaramu.
Wahai anakku (jari
manis), jadilah engkau seorang bendahara, janganlah engkau turutkan kemauan kedua
kakakmu, pertahankan amanah ini walau badanmu kurus dibuatnya (pakai cincin).
Wahai anakku (jari
kelingking), jadilah rakyat (bawahan) yang patuh kepada pimpinan, walau engkau kecil akan
berguna bagi kakakmu, engkau tempat pelipur lara bagi mereka.
Wahai anakku (jari
telunjuk/pimpinan) engkau orang yang berkuasa dari ketiga saudaramu, dan yang paling berat tanggung
jawabnya, satu pesan ibumu (ibu jari/jari jempol), tunduklah dengan peraturan bila bertindak. Pahamkah wahai anakku?
Demikian si ibu jari memberi petuah. Pada suatu ketika, berangkulanlah mereka sembari si ibu berkata kepada keempat anaknya, "Wahai anak-anakku, kita
inilah yang mengatur negara (badan), baik-buruknya negara ada di tangan kita.
Wahai saudara-saudaraku para guru, inilah bahan renungan kita bersama, pahamilah nasihat ini, bahwa kita merupakan pelaku dari salah satu jemari ini.
Wassalam
Syaiful Amri
0 comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.